Review Film "99 Cahaya di Langit Eropa"

Apakah kalian sudah menonton film “99 Cahaya di Langit Eropa”? Film ini diadaptasi dari novel laris karya Hanum Rais? Itu loh, puteri Amin Rais. Seorang jurnalis dan presenter di Trans TV. Ia adalah penulis populer saat ini. Film tersebut menceritakan sebuah perjalanan Hanum Rais, dan pencariannya terhadap cahaya  Islam di Eropa yang kini sedang tertutup saling curiga dan kesalahpahaman. Dimana Islam adalah kaum minoritas.
Untuk memberikan sedikit gambaran, ini adalah sinopsis novel “99 Cahaya di Langit Eropa”. (Baca selengkapnya: Klik Disini! )
“Tinggal di Eropa selama tiga tahun adalah arena menjelajah Eropa dan segala isinya. Hingga akhirnya aku menemukan banyak hal lain yang jauh lebih menarik dari sekedar Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart,  Stadion Sepakbola San Siro Collaoseum Roma atau gondola-gondola di Venezia. Pencarianku telah mengantarkanku pada daftar tempat-tempat ziarah baru di Eropa. Aku tak menyangka Eropa sesungguhnya juga menyimpan sejuta misteri tentang Islam.
Eropa dan Islam. Mereka pernah menjadi pasangan serasi. Kini hubungan keduanya penuh pasang surut prasangka dengan berbagai dinamikanya.. aku merasakan ada manusia-manusia dari kedua pihak yang terus bekerja untuk memperburuk hubungan keduanya. Pertemuanku dengan perempuan muslim di Austria, Fatma Pasha telah mengajarkanku untuk menjadi bulir-bulir yang bekerja sebaliknya. Menunjukkan pada Eropa bulir cinta dan luasnya perdamaian Islam. Sebagai Turki di Austria. Ia mencoba menebus kesalahan kakek moyangnya yang gagal meluluhkan Eropa dengan menghunus pedang dan meriam.
Kini ia mencoba lagi dengan cara yang lebih elegan, yaitu dengan lebarnya senyum dan dalamnya samudera kerendahan hati. Aku dan Fatma mengatur rencana. Kami akan mengarungi jejak-jejak Islam dari barat hingga ke timur Eropa. Dari Andalusia, Spanyol hingga ke Istanbul Turki. Dan entah mengapa perjalananku justru menghantarkankuku ke Kota Paris, pusat ibukota peradaban Eropa.
Di Paris aku bertemu dengan mualaf, Marion Latimer yang bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris. Marion menunjukkan kepadaku bahwa  Eropa juga adalah pantulan cahaya kebesaran Islam. Eropa menyimpan harta karun sejarah Islam yang luar biasa berharganya. Marion membukakan mata hatiku. Membuatku jatuh cinta lagi  dengan agamaku Islam. Islam sebagai sumber pengetahuan yang penuh damai dan kasih. Museum Louvre, Pantheon, Gereja Notre Dame Les Invalides semakin membuatku yakin dengan agamaku. Islam dulu pernah menjadi sumber cahaya terang benderang ketika Eropa diliputi abad kegelapan.
Islam pernah bersinar sebagai peradaban paling maju di dunia ketika dakwah bisa bersatu dengan pengetahuan yang penuh kedamaian, bukan dengan terror atau kekerasan. Perjalananku menjelajah Eropa adalah sebuah pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan oleh Islamdi benua ini. Codoba, Granada, Toledo, Sicilia dan Istanbul masuk dalam manifest perjalanan spiritualku selanjutnya.
Saat memandang matahari tenggella, di Katedral Mezquita Codobba, Istana Al Hambra Granada atau Hagia Sophia Istanbul. Aku bersimpuh, matahari yang ku lihat adalah jelas matahari yang sama, yang juga dilihat oleh orang-orang di benua ini 1000 tahun lalu. Matahari ini menjadi saksi bisu bahwa Islam pernah menjamah Eropa, menyuburkannya dnegan menyebar benih-benih ilmu pengetahuan, dan menyianginya dengan kasih saying dan toleransi antar umat beragama. Akhir dari perjalananku selama tiga tahun di Eropa justru mengantarkanku pada titik awal pencarian makna dan tujuan hidup. Makin mendekatkanku pada sumber kebenaran abadi yang Maha Sempurna.”
Gimana? Apabila anda sudah menonton filmnya. Saya rasa anda sependapat dengan saya. Islam adalah agama mengagumkan. Agama yang besar pada zamannya. Agama dengan misi perdamaian, Islam bukan agama yang penuh intrik, teror dan suka perang. Karena dalam film tersebut kita akan disuguhkan pengetahuan yang berbeda tentang Islam. Tentu, merubah paradigma orang awam mengenai kekerasan. Kita juga akan disuguhkan suasana Eropa yang menakjubkan. Mulai dari Jerman, Paris sampai Spanyol. Tapi sepertinya, penjelajahan ke Spanyol  akan ditemui di season kedua. Wah, saya sudah tidak sabar. Bagi yang belum pernah menjelajah Eropa termasuk saya, ketika melihat peradaban Islam disana cukup membuat terharu.
Sepintas ketika saya membaca ringkasan cerita “99 Cahaya di Langit Eropa, ada bagian yang tidak sama dengan filmnya. Hanum dan suaminya tidak berdomisili di Austria melainkan di Jerman. Hanum bertemu dengan Fatma Pasha di Jerman bukan di Austria. Mereka bertemu di kursus Bahasa Jerman. Bagian Austria tidak ditunjukkan dalam film ini.  Ah, tidak perlu dipermasalahkan. Menurut saya, film yang sangat bagus. Alur ceritanya menarik, dan tidak melulu kisah romansa. Film ini sangat mendidik, terlebih lagi jika yang menonton adalah remaja. Karena tidak ada unsur ‘esek-esek’ di dalamnya. Semoga film seperti ini akan terus bermunculan dalam perfilman Indonesia. Karena masyarakat Indonesia khususnya Umat Muslim perlu asupan pengetahuan tentang peradaban Islam. 


Komentar

Postingan Populer