PENGALAMAN JADI CALON MAMA



Siapa tidak bahagia ketika mengetahui rahim diperut kita, akan ada malaikat kecil tumbuh dan berkembang selama sembilan bulan sembilan hari. Malaikat kecil yang akan melengkapi kebahagiaan kami. Alhamdulillah, Saya positif hamil. Puji syukur, kami dititipkan Tuhan malaikat kecil yang tengah berproses dirahim saya. Malam itu, tepatnya awal Maret, ketika positif ada dua garis merah di alat tes kehamilan. Saya dan suami bergegas memeriksakan diri ke Bidan. Setelah di USG, memang benar. Ada penebalan dirahim saya. Segumpal darah yang tengah berproses menjadi janin. Bentuknya memang kurang jelas. Karena usia kandungan kemungkinan baru satu bulan. Karena lupa kapan haid terakhir. Sehingga bidan hanya memprediksi kira-kira janin dikandungan saya kurang lebih empat mingguan.

Sempat menggunakan Pil KB

Sedikit bercerita. Sebelumnya, saya dan suami memutuskan untuk menunda kehamilan. Dengan pertimbangan diperusahaan tempat saya bekerja, tidak memperbolehkan karyawan kontrak menikah apalagi memiliki anak sebelum kontrak dua tahun. Kebetulan saya menikah sebelum masa kontrak satu tahun.
Tepat di hari ultang tahun saya, 19 April 2016, Manajer tempat saya bekerja memberikan  dua pilihan. Apakah memilih mengundurkan diri atau menggunakan alat kontrasepsi, apabila masih ingin tetap bekerja. Dengan penuh pertimbangan antara saya dan suami. Tentunya campur tangan keluarga.
Saya memutuskan untuk menunda. Saya dan suami, meminta saran Bidan, alat kontrsespsi apa yang cocok dan tidak menimbulkan efek samping ketika mengkonsumsinya. Bidan menyarankan, saya minum pil KB. Selain aman, pil KB tidak beresiko terhadap kesuburan rahim. Awal mula mengkonsumsi pil KB, saya membeli pil KB Diana rekomendasi dari teman. Dia bilang, tidak menimbulkan efek samping apa-apa. Setelah dua minggu, malah menstruasi yang biasanya normal. Tidak begitu lancar. Payudara saya terkadang nyeri. Mungkin reaksi pil KB berbeda-beda pada setiap wanita. Seperti yang saya alami, berbeda dengan teman saya yang aman-aman saja mengkonsumsi pil KB Diana. Kami  kembali ke Bidan. Saya ceritakan bahwa saya mengkomsumsi pil KB Diana. Kali ini, saya juga tidak lupa memeriksakan payudara saya, karena terdapat benjolan kecil lunak disebelah kanan payudara yang sudah saya sadari ketika dibangku kuliah dulu.
Bidan bilang, itu tidak berbahaya. Katanya hanya tumor jinak. Entah itu namanya. Namun akan berbahaya apabila saya salah memilih pil KB yang mengandung dua hormon, estrogen dan progresteron yang dapat memicu pertumbuhan tumor lebih besar. Ia menyarankan saya untuk berpindah ke Pil KB Microlut. Karena tidak beresiko, kandungan yang dapat merangsang pertumbuhan benjolan tersebut. Selain harganya cukup terjangkau. Beberapa bulan ketika meminumnya, Alhamdulillah saya tidak merasakan efek samping apapun.  Haid saya kembali teratur.  Kurang lebih tujuh bulan saya meminum pil KB. Tanpa merasakan efek apapun.


Mulai Ikthiar, Tidak Minum Pil KB lagi

Sebenarnya suami tidak mempermasalahkan kapan kami harus dikarunia seorang buah hati. Kapanpun Tuhan menitipkan, kami harus menerimanya. Tidak lepas tetap berikhtiar dan legowo apapun yang terjadi. Suami memang tidak menuntut. Namun saya tetap mengharapkannya. Wanita mana yang mau ketika sudah menikah, belum juga dikaruniai buah hati.  Apalagi dengan cara ditunda seperti yang saya lakukan. Ditambah gonjang ganjing seputar KB. Tidak sedikit mengatakan,”jangan lama-lama, nanti susah lo punya anak.”  Terkadang saya khawatir. Semua tergantung saya. Saya memutuskan untuk tidak minum pil KB lagi. Apapun resiko yang akan saya hadapi nanti di pekerjaan maupun kehidupan pribadi kami, yang pasti akan berbeda ketika kami masih berdua.
Setelah kurang lebih sebulan tidak minum pil KB lagi. Beberapa kali saya mencoba melakukan tes kehamilan. Hitung-hitung membuktikan. Apakah benar yang dikatakan Bidan langganan saya, bahwa pil KB yang saya minum tidak akan mempengaruhi masa kesuburan. Ternyata benar, bulan Februari kemarin adalah bulan terakhir menstruasi saya. I'am pregnant!


Memasuki Trimester Pertama dan Kedua


  Memasuki trimester pertama, dua bulan usia kandungan saya tepatnya. Rasa mual dan tidak enak itu muncul. Terkadang saya tidak masuk kantor. Karena mual yang tidak tertahankan. Beberapa kali dalam sehari saya memuntahkan isi dalam perut. Obat dokter pun tidak mempan untuk mengatasi ini, hanya saja mengurangi. Ditambah rasa tidak enak ketika mencium aroma bumbu-bumbuan. Ugh, kalo kata orang pada awal kehamilan akan terjadi hal demikian. Ya, memang benar, saya mengalaminya. Meskipun itu tidak berlaku bagi setiap ibu hamil. Berhubung saya memiliki maag, maag yang saya derita semakin parah. Kebanyakan, rasa mual memang pasti akan terjadi sebab janin yang ada dikandungan kita terus berproses membentuk organ vital sampai trimester pertama berkahir.
  Selain rasa mual yang saya rasakan. Sistem imun pada tubuh saya juga berkurang. Saya jadi sering sakit dan terkena flu. Lagi-lagi saya tidak masuk kantor pada saat itu. Memang kata orang, ibu hamil muda sebaiknya isitrahat yang cukup. Berhubung saat itu, saya keluar kota menghadiri acara keluarga. Akhirnya saya tumbang. Sampai usia kandungan empat bulan, memasuki trimester kedua. Sakit saya semakin kompleks saja. Tidak hanya mual yang saya rasakan. Tubuh saya juga terasa ngilu dan sakit kepala hebat. Sampai-sampai dokter bingung mendiagnosa. Katanya, cuma bawaan hamil. Itu terjadi ketika Ramadhan. Saya hampir tidak merasakan sama sekali suasana Ramadhan seperti dulu. Beruntung suami begitu perhatian. Selama saya sakit, dengan telatennya ia mengurus saya. Membantu mencuci pakaian, memasakkan beras, membelikan makanan untuk saya, membersihkan rumah dan banyak hal yang biasanya saya lakukan. Bisa dibilang suami saya adalah suami paling pengertian. Pekerjaan rumah yang semestinya saya lakukan, ia tidak segan membantu. Entah saya sedang sakit ataupun tidak. Ia juga begitu mengerti ketika mood saya kurang bagus. Ia akan mendekap, memeluk dan, mencium saya dengan penuh kasih sayang. Maklum, terkadang emosi ibu hamil terkadang tidak stabil.

Periksa HB ke Puskesmas

Menjelang lebaran, ngilu tubuh dan sakit kepala kian berkurang. Entah itu efek obat antbiotik yang saya minum atau hilang dengan sendirinya. Seiring dengan usia kandungan memasuki lima bulan. Entahlah, yang jelas saya begitu bersyukur. Meski terkadang, sakit kepala kembali mendera. Tapi tidak sehebat waktu itu.  Saya coba memeriksakan HB ke Puskesmas terdekat. karena faskes BPJS tidak memiliki fasilitas Laboratarium. Awal mendaftarkan diri. Saya ditanya, apa saya punya BPJS? Saya jawab iya. Setelah saya perlihatkan kartu BPJS yang saya miliki. Petugas Puskesmas itu seperti mau menerima atau tidak. Karena katanya seharusnya, saya tidak berobat disana karena faskes BPJS saya di IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Saya jelaskan di IDI tidak ada fasilitas Laboratarium. Dengan pertimbangan petugas-petugas lain. Akhirnya saya diperbolehkan, dengan catatan mereka hanya menerima satu kali ini saja. Saya memang tidak tahu bahwa Puskesmas sekarang hanya melayani pasien BPJS sesuai dengan faskes yang tertera dikartu, atau hanya Puskesmas itu saja. Entahlah.
Setelah mendaftar, saya menuju Laboratarium untuk diambil darah dan urine. Saya hanya menunggu lima menit. Hasilnya, HB saya memang rendah, hanya berkisar 10. Saya diantar ke ruang Kandungan Ibu dan Anak (KIA) untuk diperiksa. Bidan yang bertugas begitu ramah. Berhubung ada mahasiswa kebidanan magang disana juga. Saya diperiksa oleh mereka dari ujung kaki sampai kepala. Hasilnya, Alhamdulillah tidak ada keluhan selain HB rendah dan susah buang air besar. Bidan bilang, saya harus minum penambah darah, makan hati ayam, kacang-kacangan karena saya juga kekurangan vitamin B12. Tentunya perbanyak makan serat, karena memang keluhan ibu hamil yang utama adalah sembelit. Saya kemudian diberikan resep penambah darah dan vitamin.

Rutin Minum Sari Kurma Sahara

Beberapa hari saya minum penambah darah, BAB saya berwarna hitam. Awalnya takut, setelah saya browsing, ternyata warna hitam tersebut disebabkan oleh obat penambah darah yang saya minum. Memang normal. Saya merasa, setelah mengkonsumsi penambah darah. Saya lebih sehat, sakit kepala yang saya derita tidak muncul lagi. Namun efek samping obat penambah darah itu tidak mengenakkan. Saya jadi mual. Akhirnya, saya berhenti meminumnya. Saya hanya minum vitamin dari Dokter, dan sari kurma atas usulan teman. Katanya, agar HB tidak rendah. Setelah saya browsing, memang benar, manfaat sari kurma banyak sekali selain menjaga HB agar tetap stabil. Sari kurma juga melancarkan BAB. Harganya pun terjangkau, hanya Rp. 20.000. Sampai hari ini saya rutin minum Sari Kurma Sahara. Sampai saat ini juga saya tidak merasakan lagi sakit kepala, dan kesulitan buang hajat. Tidak  ketinggalan, saya barengi dengan konsumsi buah-buahan. Kemungkinan juga karena usia kandungan saya lima bulanan. Dimana masa yang dianggap paling nyaman. Tidak ada keluhan, dan nafsu makan kembali seperti biasa.  


Saat ini saya begitu menyadari, sehat itu memang mahal. Begitu berharganya kesehatan, ketika sakit uang yang banyakpun tidak berharga. Baju bagus pun tidak ada artinya. Perlu diperhatikan bagi calon Ibu, rasa mual, sakit kepala, dan hal-hal yang tidak mengenakkan memang menjadi sensasi tersendiri bagi ibu hamil muda. Yang akan membuat kita menjadi dewasa menyikapi setiap masalah. Karena tanggung jawab sebagai ibu tidak lah gampang. Mulai dari mendidik, merawat dan menjaganya agar kelak ia tumbuh menjadi prbiadi yang baik. Maka dari itu seorang ibu harus kuat. Tidak boleh mengeluh dan menyerah. Tentunya akan membuat kita lebih bersyukur ketika sehat.   

Komentar

Postingan Populer