#Trip 2nd Day: Seminar Nasional Technopreneur "Be A Great Enterpreneur"
Bersama seluruh jajaran panitia dan GenBiers Medan, Jogja, Bali, Lampung dan se-Kalimantan.
Selesai makan, rombongan GenBI berangkat menuju Bank
Indonesia Pontianak untuk menghadiri acara seminar nasional Be A Great
Enterpreneur. Yang belum mengetahui apa itu GenBI, silahkan membaca post saya
yang satu ini Kenalan Yuk Sama GenBI! Mencicipi Bank Indonesia. GenBI yang berhadir kala itu berasal dari daerah se-Kalimantan,
Jogja, Medan, Lampung dan Bali. Jumlah peserta dari luar Kalimantan Barat
sebanyak 16 orang dengan perwakilan masing-masing daerah sebanyak 2 orang. Sedangkan dari
Kalimantan Barat sendiri yang berhadir kala itu kurang lebih 200 orang dari berbagai
kalangan civitas akademi.
Peserta selain GenBiers
Cukup lama menunggu acara dimulai. Berhubung kami
berangkat lebih awal. Sembari menunggu, kami disuguhkan oleh lagu daerah
Kalimantan Barat. Untuk mendengarkan pertama kali, lagu ini cukup menghibur,
pikir saya. Acarapun dibuka dengan tarian adat khas Kalimantan Barat. Etnis
Tionghoa, Dayak dan lain-lain menjadi satu. Memang Pontianak kaya akan suku dan
budaya.
Penampilan musik dari Sanggar Semut
Setelah pembukaan, materi pertama diisi oleh Bapak Surya Laoddang,
seorang technopreneur yang telah memiliki bisnis yang meluas di seluruh
Indonesia. Bisnisnya berupa mukena distro, mukena VIP dan kebaya sofwan yang
harganya berkisar 300ribu sampai 7juta. Beliau memiliki website bernama
dosenjualan.com. Waw, kebayangkan segementasi
pasarnya seperti apa? Katanya sih, ibu Presiden memakai mukena rancangan
beliau. Rahasianya cukup sederhana yakni memanfaatkan media sosial gratis.
“Yang gratisan ada, ngapain pake yang berbayar.” Tegasnya, cukup membuat kami
tertawa terpingkal-pingkal. Ia memberikan tips bagaimana cara mempromosikan
produk secara online dengan cara-cara yang tidak pernah kita pikirkan. Saya
saja hampir tidak percaya. “Kok bisa ya?” Media sosial yang dipakai adalah BBM,
Facebook, Twitter, LINE, Instagram, dan sebagainya. Yang secara keseluruhan
tidak memungut biaya. Hanya ketekunan dan kenekadan kuncinya. Selain itu,
kreatifitas dan inovasi tidak ketinggalan. Materi yang menarik, menghibur dan
membuka hati dan pikiran kami yang mendengarkan khususnya saya. Bahwa tidak
perlu muluk-muluk untuk memulai suatu usaha. Cukup dengan modal nekat dan
ketekunan.
Pak Surya Laoddang yang sederhana, materinya benar-benar menghibur. Dia lebih mirip seperti pelawak, pikir saya
Untuk materi kedua saya
kurang respect. Selain kaku, bahasa yang dipakai oleh Mas Indra Permana
biasa-biasa saja tidak begitu memotivasi. Saya rasa jurus-jurusnya pasaran dan
terlalu formal. Berbeda dengan materi pertama. Itu sih pendapat saya. Berhubung
waktu itu sudah siang, mungkin faktor kelelahan mempengaruhi. Dibalik
kekurangannya, Mas Indra Permana cukup insipratif. Mengingat ia telah
menerbitkan sebuah karya berjudul “Resign, Mengubah Toko Online Menjadi Ratusan
Juta” dan menjadi pebisnis beromzet miliaran rupiah.
Mas Indra Permana
Peserta sedang antri coffe break
Suasana kota Pontianak dari lantai 4 Bank Indonesia, bagaimana menurut kalian? Kota yang asri bukan?
Selanjutnya, acara sharing
oleh GenBI Medan dan Jogja. Saya tidak sempat mendengar penuturan GenBI Jogja.
Berhubung saya sedang di Musholla rehat sejenak. Tapi, dari pendapat teman baru
saya, Yayan. Mereka cukup produktif. Mereka mendirikan rumah singgah bagi
anak-anak jalanan. Selain itu, banyak kegiatan sosial yang telah mereka
lakukan. Saatnya, giliran GenBI Medan yang sharing. Mereka adalah Ihsan dan
Taufik. Para perempuan agak antusias tuh, diantara para GenBiers laki-laki,
mereka yang paling good looking. Wah,
setelah menyimak progja yang telah mereka selenggarakan. Meski baru enam bulan
berjalan, GenBI Medan benar-benar telah bermanfaat banyak bagi lingkungan
sekitarnya. Saya senang dengan kalimat Taufik, “Mengapa kita cuma terfokus pada
pembangunan kota? Padahal kalau kita menengok ke belakang. Desa-desa terpencil
membutuhkan bantuan berupa pembangunan fisik. Komunitas GenBI memiliki potensi
untuk melakukan itu. mengapa tidak kita manfaatkan?” Cukup menggugah menurut
saya. Tidak ketinggalan, GenBI KalBar berbagi sharing program yang telah mereka
lakukan. GenBI KalBar cukup menginspirasi kami terlebih saya. Dari awal
kedatangan saya, mereka terlihat kompak, benar-benar kesolidan yang terjalin
dengan alamiah. Mereka bilang, sebelum lolos menerima beasiswa. Mereka diminta
komitmen sebagai pengurus GenBI KalBar. Mengikuti segala kegiatan yang diadakan
GenBI KalBar maupun Bank Indonesia Pontianak sendiri. Alhasil, mereka memang
menaati itu. meski sudah tiga tahun lamanya. Para penerima beasiswa Bank
Indonesia tahun 2011 masih tetap ikut berkecimpung di komunitas GenBI KalBar.
Subhanallah, saya benar-benar salut. Mereka adalah generasi mudah daerah yang
berpotensi memimpin kota Pontianak khususnya Provinsi Kalimantan Barat. Terbukti
dengan progja yang telah mereka selenggarakan. Mulai dari aspek pendidikan,
sosial, kesehatan dan ekonomi. Betapa inovatifnya mereka telah menyelenggarakan
event nasional seperti ini. Dengan cara diskusi panjang dengan Pak Mirza Adityaswara
ketika beliau mengunjungi Pontianak. Ketika Pak Mirza Adityaswara mengapa kami
tidak berpikir seperti mereka? Pikir saya dalam hati. Mereka memang visioner.
Banyak hal yang dapat saya ambil dari event tersebut. Tidak sampai disitu
kekaguman saya. Mereka tidak hanya pandai mengatur tetapi juga pandai dalam
berbagai bidang seperti MC, IT, Driver dan sebagainya. Rata-rata mereka pandai berbicara. Event
kemarin benar-benar terkordinir dengan baik.
Pulangnya ke hotel, lagi-lagi
saya merepotkan Putri. Saya menumpang motornya. Berhubung saya tidak terlalu
tahan menggunakan mobil. Sepanjang perjalanan saya banyak bercerita dengannya.
Saya seperti sudah sangat lama mengenalnya.
Malamnya, kami berkumpul di
sekretariat GenBI KalBar. Sejarahnya, dulu tempat itu adalah kantor Bank
Indonesia. Berhubung Bank Indonesia pindah tempat. Kantor tersebut diberikan
kepada GenBI KalBar. Dalam rundown kami diminta sharing kegiatan GenBI di
daerah masing-masing. Entah tau kenapa, kegiatan malam itu berubah menjadi
acara ‘seru-seruan’. Salah satu panitia mengatakan, memang sengaja dirubah.
Untuk menghilangkan kejenuhan. Memang pada saat itu, kami cukup capek. Games
merupakan alternatif pengusir capek. Pukul 10 lewat, kami diantar ke hotel.
Entah kenapa, hati saya begitu riang malam itu. Memang acara
‘seru’-seruan’ lebih manjur menambah
keakraban kami. Terutama teman-teman GenBi dari daerah Kalimantan.
Jadi terharu lihat ada fotoku disini
BalasHapusYuk berkunjung ke, Mukena
Hahaha iya pak, soalnya saya sangat terkesan sama materi bapak waktu itu.
BalasHapusHahaha iya pak, soalnya saya sangat terkesan sama materi bapak waktu itu.
BalasHapus