#Trip 3rd Day: Pontianak City Tour
Rumah Betang, Suku Dayak
Happy Friday! Masih terkait
dengan ekspedisi minggu lalu. Sewaktu di Pontianak, hanya beberapa tempat wisata
yang berhasil kami kunjungi berhubung jadwal boarding pass cukup mepet dengan
waktu city tour. Dibanding GenBIers Jogja, Medan dan Lampung, beruntung GenBIers
asal Kalimantan dan Bali masih sempet mencicipi kuliner khas Pontianak, Bubur
Padas dan jalan-jalan ke Rumah Betang dan Pusat Oleh-Oleh PSP. Sedikit
pengetahuan tentang provinsi Kalimantan Barat. Porvinsi Kalimantan Barat diberi
julukan “Seribu sungai”. Julukan ini selaras dengan kondisi geografis provinsi
tersebut yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil. Sungai yang menjadi
mata pencaharian warga Pontianak adalah sugai Kapuas tidak jauh berbeda dengan
sungai Martapura yang terdapat di Kota Banjarmasin. Kalimantan Barat termasuk daerah dengan
pendapatan daerah tertinggi. Terbukti dengan kehidupan ekonomi masyarakat yang
rata-rata berkecukupan. Provinsi Kalimantan Barat merupakan provinsi terluas
keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Herannya,
penduduk setempat tidak sebanyak di Kota Banjarmasin. Keadaan kota Pontianak
benar-benar masih asri dan terawat. Bahasa yang dipakai sehari-hari adalah
bahasa melayu. Huruf ‘a’ dikonotasikan menjadi ‘e’, contohnya, “Hello ape kaber?”
Maklum, Kalimantan Barat berbatasan
dengan Serawak, Malaysia. Suku yang paling dominan di Kalimantan Barat adalah
Dayak dan Tionghoa. Tidak jarang, acara yang berhubungan dengan suku tersebut
diadakan setiap tahun.
Lagu daerah Kalimantan Barat yang
membuat saya rindu akan Kota Pontianak.
Aek Kapuas
Hei sampan laju
Sampan laju dari ilir sampai ke ulu
Sungai Kapuas
Sunggoh panjang dari dolo' membelah kote
Sampan laju dari ilir sampai ke ulu
Sungai Kapuas
Sunggoh panjang dari dolo' membelah kote
Hei tak disangke
Tak disangke dolo' utan menjadi kote
Ramai pendudoknye
Pontianak name kotenye
Tak disangke dolo' utan menjadi kote
Ramai pendudoknye
Pontianak name kotenye
Sungai Kapuas punye cerite
Bile kite minom ae'nye
Biar pon pegi jauh ke mane
Sunggoh susah na' ngelupakannye
Bile kite minom ae'nye
Biar pon pegi jauh ke mane
Sunggoh susah na' ngelupakannye
Hei Kapuas
Hei Kapuas
Hei Kapuas
Mesjid Jami malam hari, #Sungai Kapuas
Rumah Betang, Suku Dayak.
Rumah Melayu, samping Rumah Betang
Rumah Adat Melayu Khas Pontianak
Tugu Khatulistiwa
Mesjid Mujahidin, mesjid terbesar di Pontianak, mirip seperti Mesjid Nabawi, Madinah
Klenteng
Vihara terbesar di Pontianak
Pusat Oleh-oleh PSP
Gereja Katedral, gereja terbesar di Kota Pontianak
Bubur Padas, Khas Kalimantan Barat
Pusat Oleh-oleh PSP
Gereja Katedral, gereja terbesar di Kota Pontianak
Bubur Padas, Khas Kalimantan Barat
Museum Kalimantan Barat
Back to my story.
Kami berangkat agak sedikit telat,
gara-gara menunggu Brian dan Andri, asal Kalimantan Tengah. Mereka kesiangan
gara-gara begadang menonton pertandingan bola. Sedikit bikin jengkel panitia
dan yang lainnya. Beberapa tempat wisata yang rencananya akan kami kunjungi
terpaksa batal. Kami hanya sempat mendatangi Tugu Khatulistiwa bersama personil
GenBIers lengkap. Sebelumnya, di Bis. Saya sempat bincang-bincang dengan Dian
Utami, ketua Panitia acara Seminar Nasional kemarin. Ternyata ia baru semester
enam, satu tingakatan di bawah saya. Tapi, dia terlihat lebih dewasa daripada
usianya. Ia bilang, karena sering berkumpul dengan para senior sehingga
pemikirannya pun ikut terbentuk menjadi dewasa. Ia banyak bercerita mengenai
kegiatan sosial yang pernah ia ikuti bersama GenBiers Kalimantan Barat. Suatu
kali, mereka pernah mendatangi suatu perkampungan terpencil untuk memberikan
bantuan berupa perlengkapan sekolah. Kebetulan perkambungan tersebut lebih
didominasi agama khatolik seperti yang Dian anut. Mereka sangat terharu
sehingga membuat ia ikut terharu. Ketika ia menceritakan kepada saya. Ia pun
tak kuasa menahan air mata. Sungguh, perempuan yang tulus pikir saya. Ekspresi
yang tidak dibuat-buat. Lalu, Dian menceritakan bagaimana suka dukanya menjadi
seorang ketua. Ya, saya bilang memang tidak mudah ketika kita menjadi seorang
pemimpin. Sayapun pernah merasakan seperti yang ia alami. Saya memberikan
beberapa saran kepadanya. Alhamdulillah, ia cukup menerima saran yang saya
berikan. Baru beberapa jam kami mengobrol seakan kami telah lama megenal sosok
masing-masing. Seandainya saya lebih lama berada disana, mungkin kami akanmenjadi
sahabat baik.
Dian Utami
Si cantik Puteri bersama Pak Surya Laoddang
Setelah kami pulang dari Tugu
Khatulistiwa, kami menuju Pusat Oleh-Oleh PSP. Saya agak mabuk darat, tidak
pelak saya memuntahkan isi dalam perut saya. Setelah sampai di Pusat Oleh-Oleh
PSP, saya tidak terlalu hyper berhubung keadaan saya tidak begitu baik. Saya hanya membeli beberapa panganan ringan
dan empat lembar baju khas Pontianak. Beruntung, Puteri memahami kondisi saya.
Ia membawa saya memakai sepeda motornya. Diperjalanan saya tidak begitu banyak
bicara. Karena kondisi saya yang begitu ‘ngenes’ sehabis muntah.
Ngomong-ngomong tentang Putri. Seperti halnya Dina, Puteri memiliki personal
yang baik. Ketika Jelajah Sungai Kapuas, ia mengantarkan saya ke Hotel
menggunakan sepeda motornya. Apalagi pada saat itu, hujan deras, Ya Allah baik
bener ni orang, batin saya. Padahal jarak antara sungai kapuas dan hotel yang
saya tempati cukup jauh. Sebelum itu, ia mengajak saya makan berhubung saya
bilang saya ‘lapar’, ngenes banget yah!
Di perjalanan menuju Pusat
Oleh-Oleh PSP ia bercerita banyak tentang kehidupan organisasi dan
perkuliahannya. Ia cukup aktif dalam berbagai organsasi kampus salah satunya
kegiatan mahasiswa dibidang sains. Ia pernah mengikuti ekspedisi kelima negara
di Asia seperti Malaysia, Thailand, Laos, Kamboja dan China. Ia juga seorang wirausahawan muda. Bisnisnya dibidang kuliner dan fashion. Tidak hanya itu, ia juga merambah dunia public speaker. Tdak jarang ia tampil
menjadi host di berbagai acara. Beruntung saya bisa mengenalnya. Banyak pengalaman yang dapat saya ambil dari sosok Putri. Ia memberi
inspirasi saya terhadap model hijab syar’i yang ia kenakan. Saya ingin tampil
seperti itu. Ia terlihat anggun memakainya.
Seusai sholat Zhuhur, kami melanjutkan
perjalanan ke Rumah Betang suku Dayak. Berhubung hujan, kami sempat berteduh
beberapa lama di sana sembari menunggu bis datang. Hujan tak kunjung reda, terpaksa
kami tidak melanjutkan perjalanan. Tapi, panitia mengajak kami mengisi perut
dengan Bubur Padas khas Pontianak. Bubur dengan campur sayur dan ikan seluang.
Tepat pukul 14:30 WIB, kami buru-buru ke Bandara Supadio. Agak lucu, saya dan
Galih harus lari-larian untuk segera check in. Selamat jalan Pontianak! Saya
akan selalu ingat kalian, terutama Putri, Dian, Hani, Mbak Anisa, Irma, Bang
Andika, Bang Busairi, Yayan, Kiki, Tommy, dan masih banyak panitia yang cukup
membantu kami selama tiga hari disana.
Komentar
Posting Komentar