Woman Leadership Coaching (Menggali Potensi Kepemimpinan Perempuan)

Google.com
Manusia adalah makhluk intelek karena Allah melengkapinya dengan otak yang merupakan ciptaan yang sungguh mengagumkan.  Otak manusia yang memiliki jutaan miliar sel dan jaringan saraf yang sangat halus  yang memiliki multifungsi. Karena manusia adalah makhluk yang berkarakter, makhluk yang berakhlak. Dan manusia juga dilengkapi dengan kemampuan untuk memiliki prinsip-prinsip tentang kebenaran yang semuanya itu dimungkinkan karena manusia adalah makhluk rohaniah.
Manusia terlahir sebagai khalifah fil ardh, tugas selanjutnya adalah menggali potensi kepemimpinannya untuk memberikan pelayanan serta pengabdian yang diniatkan semata-mata karena amanah Allah, yaitu dengan cara memainkan perannya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta (rahmatin lil’ alamin). Untuk itu Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Rasulullah saw bersabda, “setiap orang adalah pemimpin dan kelak akan dimintakan pertanggung jawabannya berkaitan dengan kepemimpinannya.” Dari hadits tersebut jelas bahwa bahwa manusia telah terlahir sebagai pemimpin dan manusia pula yang harus membangun nilai kepemimpinannya.
Apa itu kepemimpinan ?
Kepemimpinan menurut Tead; Terry; Hoyt, yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok. Maka dari itu, kepemimpinan adalah potensi yang melekat pada jati diri seseorang. Hanya saja, tergantung dari cara manusia itu sendiri untuk menentukan dirinya sebagai pemimpin dalam kehidupannya. Tugas kita adalah memberikan motivasi yang kuat agar bakat, fitrah, dan anugerah berupa intelek dan karakter yang diaktualisasikan dalam lingkaran pengaruh yang lebih luas dan berkualitas.
Pemimpin Perempuan dalam Organisasi
Berbicara tentang gender, apakah gender ikut mempengaruhi? Apakah ada perbedaan dalam cara laki-laki dan perempuan memimpin sebuah organisasi? Selama ini, kedudukan wanita dalam organisasi bersifat mengerucut. Kebanyakan perempuan hanya menduduki posisi entry level dalam organisasi. Semakin tinggi posisi dalam organisasi, semakin sedikit pula perempuan yang menjabatnya.
Mampukah seorang perempuan menjadi pemimpin? Pada dasarnya, perempuan memiliki sifat-sifat dasar untuk sukses sebagai pemimpin. Mereka cenderung lebih sabar, memiliki empati, dan multitasking—mampu mengerjakan beberapa hal sekaligus. Perempuan juga memiliki bakat untuk menjalin networking dan melakukan negosiasi.
Hambatan yang menyebabkan perempuan sulit menjadi seorang pemimpin organisasi adalah faktor budaya. Sejak jaman dahulu, perempuan dan laki-laki telah melakukan pekerjaan yang berbeda. Tugas-tugas yang mereka kerjakan membutuhkan keahlian yang berbeda. Faktor budaya ini juga mempengaruhi bagaimana cara perempuan dan laki-laki bertindak dan berpikir.
Kepemimpinan Perempuan dalam Islam
Rasulullah saw, ketika mendengar kaum Persia dipimpin oleh seorang wanita, yakni putra raja Kisra yang bernama Bûran, beliau berkata,
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang dipimpin oleh wanita.”
Dari sini, Ulama berkesimpulan bahwa wanita tidak diperkenankan menduduki tampuk kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara. Sedangkan untuk kekuasaan yang cakupannya lebih terbatas, semisal pemimpin daerah, keabsahan kepemimpinan wanita masih menjadi perdebatan para ulama.
Ulama sepakat  melarang wanita memegang kekuasaan tertinggi atau al-imamah al-Uzhma. Ketentuan ini berlaku bagi wanita bila ia menjadi raja atau kepala Negara yang mempunyai kekuasaan mutlak terhadap kaumnya. Namun, pada masyarakat modern dibawah sistem demokrasi, apabila memberi kedudukan umum kepada wanita seperti Kementrian, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Perkantoran diperbolehkan. Asalkan, tanggungjawab bersifat kolektif, dijalankan secara bersama-sama oleh sejumlah orang. Jadi, tidak alasan untuk perempuan membatasi dirinya dalam ruang lingkup kepemimpinan.
Fitrah Seorang Pemimpin
Credibility is foundation of leadership─kejujuran adalah fondasi dari kepemimpinan. Pada dasarnya pemimpin perempuan maupun laki-laki harus memiliki sifat kredibilitas atau kejujuran. Kouzes dan Posner  melakukan penelitian terhadap sepuluh ribu responden, ternyata jawaban mereka sama. Mereka mengharapkan pemimpin-pemimpin yang memiliki kredibilitas. Seperti refleksi dari Iman sebagaimana sabda Rasulullah saw, “iman itu dibenarkan oleh hati, diucapkan dengan lisan dan dilaksanakan dengan tindakan.”
Pemimpin yang kredibilitas adalah pemimpin yang konsekuen. Apa yang diucapkannya akan tampak dari perbuatannya, mereka mengucapkan apa yang akan dikerjakan, tetapi juga mengerjakan apa yang mereka ucapkan. So, bukankah Islam itu indah? Derajat antara kaum laki-laki maupun perempuan disamaratakan. 

Komentar

  1. can we share your article on our blog?
    visit to our blog at www.comfori2u.blogspot.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer